Senin, 23 Oktober 2023

BAB IX : SURI TELADAN TOKOH ISLAM DI INDONESIA

 A. Kiai Kholil al-Bangkalani

1.      Biografi Kiai Kholil al-Bangkalani Muhammad Kholil atau biasa dipanggil Kiai Kholil Bangkalan lahir pada tahun 1820 dan wafat pada tahun 1925. Beliau ialah seorang ulama yang cerdas dari kota Bangkalan, Madura. Beliau telah menghafal al-Qur`an dan memahami ilmu perangkat Islam seperti nahwu dan sharaf sebelum berangkat ke Makkah. Beliau pertama kali belajar pada ayahnya, Kiai Abdul Lathif. Lalu belajar kitab ‘Awamil, Jurūmīyah, ‘Imrīthī, Sullam al-Safīnah, dan kitab-kitab lainnya kepada Kiai Qaffal, iparnya. Kemudian beliau melanjutkan belajar pada beberapa kiai di Madura yaitu Tuan Guru Dawuh atau Bujuk Dawuh dari desa Majaleh (Bangkalan), Tuan Guru Agung atau Bujuk Agung, dan beberapa lainnya sebelum berangkat ke Jawa.

2.      Teladan dari Kiai Kholil al-Bangkalani

a.       Pantang menyerah dan senantiasa berusaha

Kiai Kholil ialah seorang yang selalu berusaha dan tidak mudah menyerah pada keadaan. Hal ini terbukti saat di Jawa, Kholil tak pernah membebani orang tua atau pengasuhnya, Nyai Maryam. Beliau bekerja menjadi buruh tani ketika belajar di kota Pasuruan. Beliau juga bekerja menjadi pemanjat pohon kelapa ketika belajar di kota Banyuwangi. Dan beliau menjadi penyalin naskah kitab Alfiyah Ibn Malik untuk diperjual belikan ketika belajar di Makkah. Setengah dari hasil penjualannya diamalkan kepada guru-gurunya

b.      Ketulusan dalam beramal

Ketika ada sepasang suami-istri yang ingin berkunjung menemui Kiai Kholil, tetapi mereka hanya memiliki “Bentol”, ubi-ubian talas untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Akhirnya keduanya pun sepakat untuk berangkat. Setelah tiba di kediaman pak kiai, Kiai Kholil menyambut keduanya dengan hangat. Mereka kemudian menghaturkan bawaannya dan Kiai Kholil menerima dengan wajah berseri-seri dan berkata, “Wah, kebetulan saya sangat ingin makan bentol”. Lantas Kiai Kholil meminta “Kawula”, pembantu dalam bahasa jawa untuk memasaknya. Kiai Kholil pun memakan dengan lahap di hadapan suami-istri yang belum diizinkan pulang tersebut. Pasangan suami-istri itu pun senang melihat Kholil menikmati oleh-oleh sederhana yang dibawanya

 

B.     B. Kiai Hasyim Asy’ari

1.      Biografi Kiai Hasyim Asy’ari

Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin ‘Abdil-Wahid bin ‘Abdil-Halim bin ‘Abdil-Rahman bin ‘Abdillah bin ‘Abdil-‘Aziz bin ‘Abdillah Fattah bin Maulana Ishaq atau kerap dipanggil dengan Kiai Hasyim dilahirkan pada tanggal 2 Dzulqa’dah 1287/14 Februari 1871 di Desa Gedang, Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur. Beliau lahir di pesantren milik kakeknya dari pihak ibu, yaitu Kiai Usman yang didirikan pada akhir abad ke 19. Beliau adalah anak ketiga dari pasangan Halimah yang silsilahnya sampai pada Brawijaya VI dan Ahmad Asy’ari yang silsilahnya sampai pada Joko Tingkir.

2.      Teladan dari Kiai Hasyim Asy’ari

a.       Berkhidmah Kepada Guru

b.      Berkhidmat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia

c.       Pendidikan Pesantren Karakter Kebangsaan

 

C.     C. Kiai Ahmad Dahlan

1.      Biografi Kiai Ahmad Dahlan

Muhammad Darwis atau Kiai Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta, anak ke-4 dari pasangan Kiai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman dengan Siti Aminah binti Kiai Haji Ibrahim. Sejak kecil beliau sudah terlihat sebagai anak yang cerdas dan kreatif. Beliau mampu mempelajari dan memahami kitab yang diajarkan di pesantren secara mandiri. Beliau dapat menjelaskan materi yang dipelajarinya dengan rinci, sehingga orang yang mendengar penjelasannya mudah untuk mengerti dan memahaminya. Beliau juga sudah mampu membaca al-Qur`an dengan tajwidnya pada usia 8 tahun.

2.      Teladan dari Kiai Ahmad Dahlan

a.       Menciptakan Masyarakat Islam yang Sejahtera

Kiai Ahmad Dahlan dalam menciptakan masyarakat Islam yang sejahtera menekankan pada bentuk-bentuk pelayanan. Hal ini terlihat pada beberapa sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan penerbit. Pernah jamaah bertanya kepada beliau, “Kenapa Kiai membahas Surah al-Maun dilakukan berulang-ulang?“. Beliau menjawab, “Saya tidak akan berhenti menyampaikan Surah itu sebelum anda terjun kemasyarakat mencari orang-orang yang perlu ditolong”.

b.      Ilmu pengetahuan dan agama adalah pengikat kehidupan manusia

Kiai Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki perasaan yang sama. Perasaan yang sama inilah yang akan membawa manusia pada kemajuan dan peradaban. Perasaan yang sama ini timbul sebab dua alasan yaitu berasal dari satu keturunan yaitu Adam dan Hawa dan tujuan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan. Menurutnya, jika belum timbul perasaan yang sama, maka lakukan tiga hal yaitu menganggap ilmu pengetahuan itu penting untuk dipikirkan, mempelajari ilmu pengetahuan dengan serius dan cermat, dan mengatur kehidupan dengan instrumen al-Qur`an.

0 komentar:

Posting Komentar

 

PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MADRASAH ALIYAH KELAS 12 Template by Ipietoon Cute Blog Design